Banyak pertanyaan yang ada di benak anda tentang mainan edukatif terjawab disini. Seperti,
· Mengapa disebut mainan edukatif ?
· Bagaimana membedakan mainan edukatif dengan mainan lainnya?
Jawabannya selain karena dapat merangsang daya pikir anak juga meningkatkan kemampuan berkonsentrasi dan memecahkan masalah.
· Masih banyak pertanyaan lainnya?
Inilah jawaban-jawaban tentang mainan edukatif yang disampaikan Dra. Mayke S. Tedjasaputra, M.Si, psikolog perkembangan dari Fakultas Psikologi UI, yang juga terapis bermain.
Apa yang termasuk kategori mainan edukatif?
1. Diperuntukkan bagi anak balita
Jangan asal beli mainan, pilih mainan yang memang sengaja dibuat untuk merangsang berbagai kemampuan dasar pada balita.
2. Multifungsi
Artinya, satu mainan bisa didapat berbagai variasi mainan sehingga stimulasi yang didapat anak juga lebih beragam.
3. Melatih problem solving
Saat memainkannya, anak diminta untuk melakukan problem solving. Contohnya, saat bermain Puzzle, anak diminta untuk menyusun potongan-potongannya menjadi utuh.
4. Melatih konsep-konsep dasar
Saat memainkannya, anak dilatih untuk mengembangkan kemampuan dasarnya seperti mengenal bentuk, warna, besaran, juga melatih motorik halus.
5. Melatih ketelitian dan ketekunan
Dengan mainan edukatif, anak tak hanya sekadar menikmati tetapi juga dituntut untuk teliti dan tekun ketika mengerjakannya.
6. Merangsang kreativitas
Permainan ini mengajak anak untuk selalu kreatif lewat berbagai variasi mainan yang dilakukan. Bila sejak kecil anak terbiasa untuk menghasilkan karya, lewat permainan rancang bangun misalnya, kelak dia akan lebih berinovasi untuk menciptakan suatu karya, tidak hanya mengekor saja.
Adakah manfaat mainan edukatif?
1. Melatih kemampuan motorik
Stimulasi untuk motorik halus diperoleh saat anak menjumput mainannya, meraba, memegang dengan kelima jarinya, dan sebagainya. Sedangkan rangsangan motorik kasar didapat anak saat menggerak-gerakkan mainannya, melempar, mengangkat, dan sebagainya.
2. Melatih konsentrasi
Mainan edukatif dirancang untuk menggali kemampuan anak, termasuk kemampuannya dalam berkonsentrasi. Saat menyusun pasel, katakanlah, anak dituntut untuk fokus pada gambar atau bentuk yang ada di depannya -- ia tidak berlari-larian atau melakukan aktivitas fisik lain sehingga konsentrasinya bisa lebih tergali. Tanpa konsentrasi, bisa jadi hasilnya tidak memuaskan.
3. Mengenalkan konsep sebab akibat
Contohnya, dengan memasukkan benda kecil ke dalam benda yang besar anak akan memahami bahwa benda yang lebih kecil bisa dimuat dalam benda yang lebih besar. Sedangkan benda yang lebih besar tidak bisa masuk ke dalam benda yang lebih kecil. Ini adalah pemahaman konsep sebab akibat yang sangat mendasar.
4. Melatih bahasa dan wawasan
Permainan edukatif sangat baik bila dibarengi dengan penuturan cerita. Hal ini akan memberikan manfaat tambahan buat anak, yakni meningkatkan kemampuan berbahasa juga keluasan wawasannya.
5. Mengenalkan warna dan bentuk
Dari mainan edukatif, anak dapat mengenal ragam/variasi bentuk dan warna. Ada benda berbentuk kotak, segiempat, bulat dengan berbagai warna; biru, merah, hijau, dan lainnya.
Nah, Pertanyaan selanjutnya adalah,
Kapan anak diajak permainan edukatif?
Meski memiliki manfaat melimpah, bukan berarti anak bisa dijejali dengan mainan edukatif terus-menerus. Mainan edukatif hanya salah satu faktor pendukung perkembangan otak anak agar lebih maksimal. Jadi tak perlu memaksa atau memorsir anak untuk melakukan permainan edukatif setiap saat.
Selain mainan edukatif, anak juga perlu dikenalkan dengan mainan pada umumnya, seperti boneka, mobil-mobilan, dan mainan-mainan yang tidak untuk dibongkar pasang lainnya. Walau tidak termasuk mainan edukatif, tapi mainan-mainan seperti itu tetap dapat menyumbangkan manfaat edukasi pada si kecil. Dengan konsep multiple intelligence, edukasi bisa mencakup berbagai hal. Tidak selalu mengarah pada konsep-konsep dasar.
Misalnya begini, saat si kecil asyik bermain boneka, sebenarnya ia dilatih untuk melakukan interaksi dengan orang lain melalui boneka tersebut. Bagaimana dia harus "memperlakukan" si boneka dengan kasih sayang; disuapi, ditimang, disusui, dan tidak dibanting atau dinjak-injak. Motorik halus dan kasar si kecil juga tetap dapat terstimulasi secara tak langsung saat ia memakaikan baju pada bonekanya. Anak juga dapat mengenal warna serta peran sosial sebagai ibu, kakak, dan sebagainya.
Kapan permainan edukatif mulai dikenalkan?
Tentu sedini mungkin. Sejak usia batita, sodori anak dengan berbagai jenis permainan baik dengan mainan edukatif ataupun bukan. Sekadar mengingatkan saja, perkembangan otak anak di usia ini masuk dalam fase emas (the golden age) atau otak si kecil sedang mengalami perkembangan yang sangat pesat. Karena itulah, stimulasi amat diperlukan. Semakin banyak stimulasi maka koneksi antarsarafnya semakin banyak terhubung.
Anak yang sudah akrab dengan mainan edukatif sejak dini, perkembangan kecerdasannya akan terlihat lebih maksimal. Ia lebih mampu berkonsentrasi, kreatif, serta tekun. Sementara yang tidak, biasanya akan lebih tertinggal dalam masalah intelektual. Anak-anak yang tidak diperkenalkan dengan mainan edukatif akan lebih sulit untuk belajar mengenai bentuk dan warna.
Mereka juga tidak terbiasa untuk duduk tenang serta tekun. Hal ini dapat membuat anak menjadi sulit diarahkan untuk berkonsentrasi menyelesaikan tugas-tugas yang diberikan nantinya. "Banyak kasus yang saya tangani, anak-anak yang sering bermain fisik dan terlalu sering menonton teve, di usia sekolahnya kurang bisa berkonsentrasi, kurang telaten, tidak tekun, dan mudah menyerah, karena mereka tidak terbiasa untuk duduk tenang dan tekun."
Bagaimana agar manfaatnya optimal?
Sebelum menyodorkan satu mainan edukatif pada si kecil, contohkan dahulu bagaimana cara memainkannya. Asal tahu saja, mainan edukatif berbeda dari mainan pada umumnya yang lebih mudah dipahami anak. Mobil-mobilan, contohnya, hanya tinggal digeser-geser, didorong atau ditarik, mungkin si kecil sudah bisa asyik memainkannya. Namun, pada mainan edukatif dibutuhkan cara tertentu untuk bisa mendapatkan asyiknya. Pasel misalnya harus disusun dan disesuaikan keping-kepingnya. Untuk itulah perlu ada arahan dari orang dewasa. Demikian pula dengan permainan palu yang kelihatannya simpel bagi orang dewasa tapi belum tentu bagi si kecil. Perlu penjelasan lebih dulu mengenai cara memalu untuk memasang "paku" dan mencopotnya kembali.
Beberapa anak mungkin saja dapat bermain tanpa perlu pengarahan terlebih dulu. Tapi jangan lupa, kemampuan setiap anak berbeda-beda. Ada yang cepat memahami kesalahannya dan cepat menganalisa, tetapi ada juga yang biasa-bisa saja, bahkan lambat. Bila si kecil termasuk lambat dan tidak mendapat pengarahan, maka bisa-bisa mainan edukatif tersebut hanya akan dibuangnya karena dianggap tidak menarik.
Satu hal penting, saat mengarahkan anak, jangan mengharuskan ia melakukan persis sama seperti yang sudah kita contohkan. Berikan kebebasan padanya untuk melakukan sesuai dengan keinginannya. Contoh, saat kita membangun rumah-rumahan dari mainan balok, biarkan ia membuat mobil-mobilan dari mainan yang sama.
Apakah mainan anak harus disesuaikan dengan umurnya?
Beberapa jenis mainan yang dapat dikenalkan pada anak umur 1 tahun
• Permainan memasukkan benda ke dalam wadah atau menumpuk benda (seperti gelas plastik air mineral), sangat cocok bagi anak satu tahunan.
• Setelah itu si kecil bisa ditawari mainan single puzzle, yaitu mainan yang pada penutupnya diberi lubang-lubang berbentuk geometris, seperti segitiga, segiempat dan lingkaran. Lalu si kecil diminta memasukkan benda-benda yang sesuai pada lubangnya. Namun, kita belum bisa menuntutnya untuk memasukkan setiap bentuk sampai selesai, melainkan harus satu per satu. Berikan ia bentuk segitiga dulu lalu arahkan tangannya untuk memasukkan ke lubang yang berbentuk sama dengan arah yang tepat, misalnya.
Ajak si kecil untuk melakukan tuang-menuang air dari wadah yang lebih kecil ke wadah yang lebih besar. Dengan begitu anak tahu bahwa air dari wadah yang lebih kecil bisa tertampung dalam wadah yang lebih besar. Permainan serupa dengan menunjukkan bahwa benda yang lebih kecil bisa masuk ke dalam wadah yang lebih besar juga bisa dilakukan.
Beberapa jenis mainan yang dapat dikenalkan pada anak umur 2 tahun
Puzzle berbentuk rumah-rumahan, buah atau binatang dengan 2-3 pecahan. Untuk menyusun puzzle tersebut tentu dibutuhkan keterampilan sehingga anak akan dirangsang untuk mengembangkan kemampuannya.
Beberapa jenis mainan yang dapat dikenalkan pada anak umur 2,5-3 tahun
Bila sebelumnya puzzle yang diberikan hanya terdiri atas beberapa keping saja, kini tingkatkan dengan puzzle yang memiliki lebih banyak keping.
Permainan rancang bangun juga sudah bisa diberikan untuk merangsang koordinasi motoriknya. Anak sudah bisa membuat susunan bangunan ke atas sambil mengimajinasikan bentuk apa yang sedang dibuatnya meskipun masih belum terbentuk jelas. Ketika anak mampu bermain rancang bangun, pujilah apa yang sudah dihasilkannya. Meskipun bentuknya hanya berupa susunan balok yang tidak beraturan, kita tetap harus memberikan apresiasi agar anak merasa dihargai. Hindari sikap mencemooh yang akan memerosotkan motivasinya dalam berkreasi.
Jadi, apa saja yang harus diperhatikan saat kita ingin membeli mainan edukatif ?
Membeli mainan edukatif memang perlu selektif. Selain mempertimbangkan keamanan anak kita dari bahan-bahan kimia yang terkandung dalam mainannya, kita juga harus menyesuaikan dengan usia anak dan kemampuan yang dimilikinya. Berikut panduannya:
Mainan anak usia 1 tahun:
Di usia batita awal anak belum memiliki kemampuan motorik yang baik. Jadi kemampuan dasar inilah yang perlu dilatih. Namun permainan untuknya haruslah sederhana dan tidak terlalu menyita waktu. Selalu dampingi si kecil saat bermain.
Mainan anak usia 2 tahun:
Derajat kesulitan mainan edukatif untuk anak usia dua tahun sudah harus lebih tinggi ketimbang anak satu tahun. Bila sebelumnya yang diberikan adalah single puzzle, maka di usia ini anak bisa diajak bermain pasel dengan bentuk yang lebih kompleks.
Mainan anak usia 2,5 s/d 3 tahun:
Permainan edukatif yang kita berikan harus lebih tinggi lagi tingkat kerumitannya. Di usia ini anak perlu belajar mengorganisasi bagian-bagian yang terpisah menjadi satu kembali, anak juga dituntut untuk mulai belajar tekun menggunakan berbagai kemampuannya untuk menyelesaikan masalah.
Nah, Bunda tidak ingin kan anandanya bermain mainan yang tak diketahui material kimia yang dikandung? simak disini untuk mengetahuinya lebih lajut. Semoga bermanfaat.
Sumber : Irfan Hasuki.tabloid nakita